INTERNET ADDICTION TERHADAP BIGO
LIVE
Beberapa
belakangan ini Indonesia kedatangan salah satu applikasi virtual baru yang
cukup viral dan digemari para pecinta sosial media. Tercatat lebih dari 10 juta
pengguna smartphone telah mengunduh aplikasi ini. Applikasi tersebut bernama
Bigo Live. Apa itu Bigo Live? Bigo Live adalah aplikasi broadcast video live
streaming yang dikhususkan untuk pengguna smartphone. Aplikasi ini memungkinkan
kita untuk menyiarkan kegiatan diri sendiri secara online melalui kamera
smartphone dan langsung ditonton oleh member-member Bigo Live yang lain pada
waktu yang sama.
Aplikasi Bigo Live berbeda dari aplikasi yang
terdahulu seperti camfrog dan lainnya, karena pada Bigo Live anda akan
ditampilkan berbagai “channel” pengguna aktif yang bisa langsung anda tonton
dengan cara Tap salah satu broadcaster. Dan disini anda bisa menjadi
broadcaster (penyiar) ataupun viewer (penonton). Fitur yang diandalkan adalah
fitur gift. Gift ini bisa menjadi salah satu pendapatan untuk broadcaster dari
live broadcastingnya. Gift bisa berupa beans atau diamond yang diberikan oleh
para viewer mereka sebagai bentuk penghargaan. Nilai tiga diamond setara dengan
10 beans atau 3.000 diamond = 10. 000 beans.
Namun
pada Bigo Live terdapat yang namanya broadcaster resmi atau official
broadcaster/official host. Mereka adalah broadcaster yang rutin melakukan
siaran di Bigo Live. Tentu saja mereka sebagai penyiar resmi mereka dibayar
untuk setiap siaran yang dilakukan seperti bekerja formal. Karena mendapatkan
gaji dari Bigo Live, maka tidak semua orang bisa menjadi official broadcaster.
Mereka yang berminat, harus mengikuti seleksi terlebih dahulu. Beberapa syarat
untuk menjadi broadcaster di antaranya cowok atau cewek berusia 16 – 30 tahun,
memiliki penampilan fisik yang menarik, komunikatif dan menyenangkan.
Untuk
menarik perhatian agar mendapat gift mereka terkadang rela untuk mengumbar
syahwat mereka agar bisa mendapatkan gift dari para viewer mereka, meskipun
peraturan di Bigo melarang hal tersebut faktanya masih banyak ditemukan para
broadcaster yang melakukan hal tersebut. Mengingat applikasi ini bisa menjadi
lahan pendapatan mereka. Tidak jarang mereka yang menjadi pengguna Bigo rela
menghabiskan waktu mereka 24 jam untuk menonton broadcaster ataupun menjadi
broadcaster. Sehingga applikasi ini seketika banyak orang yang menjadi
kecanduan internet atau Internet Addiction.
INTERNET ADDICTION
Apa
itu Internet Addiction? Kecanduan
internet atau yang biasa disebut dengan Internet Addiction
Disorder (IAD), menurut Stephen Juan, Ph.D, seorang antropolog dari
University of Sydney, antara lain:
·
Selalu
menghabiskan lebih banyak waktu di internet sehingga menguras waktu efektif yang
ada. Pada saat
tidak menggunakan internet, muncul gejala-gejala penarikan diri, seperti cemas,
gelisah, mudah tersinggung, menggigil, atau bermimpi menggunakan internet.
·
Mengakses
internet lebih lama dari yang diniatkan pada awalnya.
·
Kegiatan
penting menjadi berkurang demi menggunakan internet.
·
Hubungan
sosial, pekerjaan, atau pendidikan terganggu karena penggunaan internet.
·
Internet
digunakan sebagai alat untuk melarikan diri.
·
Menyembunyikan
penggunaan internet dari keluarga atau teman.
Gangguan kecanduan internet meliputi banyak hal, seperti jejaring sosial,
pornografi, judi online, game online, chatting, dan lain-lain.
Jenis kecanduan internet memang tidak tercantum dalam diagnostik manual dan
statistik gangguan mental, namun secara teknis, hal ini dikatakan sangat
relevan dengan bentuk kecanduan akibat judi, selain itu, American
Psychological Association (APA) secara formal juga menyebutkan bahwa
kecanduan ini termasuk dalam salah satu gangguan.
FAKTOR ETIOLOGI TERJADINYA ADDICTION
1. Cognitive-behavioral model
Peningkatan yang pesat dalam penggunaan internet mengakibatkan penggunaan
menjadi bermasalah, bahkan menjadi penyimpangan untuk beberapa individu yang
berupa kecanduan. Masalah yang memiliki korelasi yang erat dengan penggunaan
berlebihan dan penyalahgunaan internet adalah ketidakmampuan untuk berhenti
mengakses internet, menghabiskan waktu semakin lama dengan internet, dan
perasaan rindu atau cemas ketika tidak menggunakan internet.
Cognitive-behavioral model mengenai IAD mendefinisikan penggunaan internet secara sehat, seperti
penggunaan internet untuk tujuan yang jelas dan dengan jangka waktu yang
dianggap wajar dalam kondisi tertentu.
Davis (2001) mengusulkan Pathological Internet Use (PIU)
dengan pendekatan cognitive-behavioral model, yang menekankan
pikiran / kognisi individu sebagai sumber utama perilaku abnormal. Davis
menetapkan bahwa gejala kognitif PIU bersifat serupa dengan dasar teori
kognitif depresi, di mana menyebabkan gejala emosional.
2. Neuropsychological Model
Seorang individu akan diklasifikasikan sebagai pecandu internet saat
memenuhi salah satu dari tiga gejala berikut:
·
Merasakan
bahwa lebih mudah mengaktualisasikan diri secara online dibanding
secara nyata.
·
Mengalami dysphoria dan
tertekan setiap tidak ada waktu untuk mengakses internet / akses internet
rusak.
·
Menyembunyikan
penggunaan internet kepada keluarga / orang terdekat.
3. Situational factor
Faktor situasional juga memiliki peran dalam berlangsung / dimulainya
kecanduan internet, seperti di saat memiliki masalah dalam kehidupan nyata
(perceraian, kematian, dll), individu akan menyerap diri dalam dunia maya untuk
mengalihkan perhatiannya, di mana hal ini dapat terjadi secara terus menerus.
4. Compensation theory
Dalam psikologi, kompensasi diartikan sebagai sebuah strategi untuk
menutupi kekurangan baik nyata / khayalan, dan inferioritas pribadi / fisik.
Kompensasi yang positif dapat membantu seseorang untuk mengatasi kesulitannya.
Namun, kompensasi negatif bersifat sebaliknya. Ada dua jenis kompensasi, overcompensation ditandai
dengan target keunggulan, upaya untuk berjuang, dan lain-lain. Dan undercompensation yang
mencakup permintaan untuk bantuan, menutup diri, dan takut untuk hidup.
JENIS-JENIS ADIKSI
Terdapat juga jenis-jenis dari IAD yang diambil dari Kimberly S. Young, et.
al. (2006), antara lain:
·
Cyber-sexual
addiction kecanduan kepada
hal-hal yang bersifat seksualitas yang tersaji secara eksplisit, juga terlibat
dalam pengunduhan dan distribusi gambar-gambar khusus orang dewasa.
·
Cyber-relationship
addiction individu yang kecanduan
untuk ikut dalam layanan chat room dan seringkali menjadi
terlalu terlibat dalam hubungan pertemanan online, bahkan
terikat dalam perselingkuhan virtual.
·
Net
compulsions kecanduan
perjudian, belanja, dan perdagangan online.
·
Information
overload mengacu pada web
surfing yang bersifat kompulsif.
·
Computer
addiction bermain game komputer
yang bersifat obsesif.
Referensi:
Young, Kimberly S. 1999. Internet
Addiction: Symptoms, Evaluation, and Treatment. Innovations in Clinical
Practice Vol. 17. Sarasota, FL: Professional Resource Press.
Demetrovic, Zsolt, et.al. 2008. The
three-factor model of Internet addiction: the development of the Problematic
Internet Use Questionnaire.